"Heh! Ngapain lo pada? hah? Lo mau jadi jagoan? Lo kira lo siapa, menindas adek kelas sembarangan. Punya hak apa lo?". "Eh, Hans, tenang dulu dong. Kita disini cuma mau ...", "Mau apa? ngebelain gue? Gue gak butuh pembelaan lo! Lagian apaan sih? Masalah di kantin tadi? Biasa aja kali. Sekarang gue minta lo semua pergi dari sini!". Tiba - tiba Hans datang dan membentak - bentak pasukan cewe pantang mundur ini. Akupun selamat, cewe - cewe itu pergi dengan muka kesal. "Lu gak apa - apa? Maaf ya, gara - gara temen gue, lu jadi kayak gini.". Aku menjawab tidak apa - apa - walaupun sebenarnya kakiku sudah lemas. Akhirnya kami pun berkenalan, nama panjangnya adalah Hans Gena, dia anak kelas 3 SMA - sudah kuduga. Aku juga memperkenalkan nama dan kelasku kepadanya. Hans menceritakan semuanya bagaimana sampai akhirnya seisi sekolah tau masalah sepele ini, dia juga menceritakan siapa cewe - cewe tadi. Satu hal yang aku tahu dari pembicaraan panjang ini, Hans sangat baik dan jauh dari perkiraanku.
***
Hans memang baik padaku, tapi itu bukan berarti lingkungan sekolah ini akan sebaik Hans kepadaku. Sekarang kakak - kakak kelas yang kemarin masih saja menaruh dendam padaku, mereka selalu menatapku dengan wajah sinis yang rasanya menusuk jantungku ketika melihat wajah itu. Sekarang aku yakin, hari - hariku di sekolah tidak akan setenang kemarin..
No comments:
Post a Comment